Suatu hari, saat jam istirahat di sebuah sekolah di Jakarta.
“Jangan buang sampah sembarangan, Nita!” seru Luna saat melihat Nita, sahabatnya, membuang bungkus kudapan di taman depan sekolah.
“Kenapa?” sahut Nita cuek.
“Kata ayah dan ibuku, jika setiap orang buang sampah sembarangan, itu bisa mencemari lingkungan,” terang Luna.
Luna kemudian berjongkok memungut bungkus kudapan yang baru dibuang Nita. Sampah itu lantas ia masukkan ke dalam tas kresek yang baru saja ia ambil dari saku roknya.
“Eh, buat apa bungkus kudapan itu, Luna?” tanya Nita heran.
“Kalau mau tahu, nanti sepulang sekolah kamu ikut aku, oke?” ujar Luna seraya mengajak Nita masuk kelas karena bel sekolah telah berbunyi.“Wah! Bagus-bagus sekali tas dan dompetnya!” seru Nita takjub saat melihat tas dan dompet beraneka warna yang terbuat dari anyaman plastik bekas bungkus permen, kudapan, deterjen, dan benda lainnya.
“Makanya, Dik. Kalau di rumah punya sampah plastik dan kertas, bawa saja ke sini. Jangan dibuang, ya,” kata Bu Yeti, pemilik rumah tempat penampungan sampah.
“Iya, Bu,” ujar Nita.
Setelah pulang sekolah, Nita memang diajak Luna mampir ke rumah Bu Yeti yang tak begitu jauh dari sekolah. Di rumah yang diberi nama “Bank Sampah” tersebut, Bu Yeti mengajak para tetangganya agar tidak membuang sampah secara sembarangan. Bu Yeti meminta mereka untuk menyetorkan sampah berupa plastik dan bungkus yang telah dibersihkan kepadanya. Ternyata, sampah-sampah itu dimanfaatkan Bu Yeti untuk membuat bermacam suvenir yang sangat menarik dan bernilai seni. Suvenir atau cindera mata itu antara lain berupa tas, dompet, tempat bolpoin, dan lain-lain.
“Oh, jadi tadi pagi kamu mengumpulkan bungkus kudapan di sekolah untuk disetorkan ke sini, Luna?” tanya Nita pada Luna. Luna mengangguk dan tersenyum.“Oh, iya. Kalian mau tidak, Ibu ajari untuk membuat tas, dompet, maupun
pernak-pernik kerajinan tangan lainnya dari bahan sampah plastik?” ujar Bu Yeti.
Luna dan Nita saling berpandangan sejenak, lalu menjawab serempak dengan senang. “Mau..., mau, Bu!”
“Kalau mau, ya, sudah besok sepulang sekolah, kalian bisa datang lagi ke sini.
Tetapi, minta izin dahulu, ya, pada orang tua kalian. Jangan lupa juga bawa sampah-sampah plastik sebagai bahan utama kerajinan tangan yang akan kalian buat,” lanjut Bu Yeti.
Luna dan Nita pun saling tersenyum. Mereka berdua gembira karena bakal mempunyai kegiatan baru yang menyenangkan, yaitu mendaur ulang sampah menjadi benda-benda yang menarik dan bisa bermanfaat. Mereka juga bisa turut berpartisipasi menyelamatkan lingkungan.
Penulis : Sam Edy Yuswanto
Buku Kurikulum 2013