Sejarah telah mencatat bahwa kejayaan
bahari bangsa Indonesia sudah lahir sebelum kemerdekaan. Hal ini dibuktikan
dengan adanya temuan-temuan situs prasejarah maupun sejarah.
Penemuan situs prasejarah di
gua-gua Pulau Muna, Seram, dan Arguni yang dipenuhi oleh lukisan-lukisan perahu
layar menggambarkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia merupakan bangsa
pelaut. Selain itu, ditemukan kesamaan benda-benda sejarah suku Aborigin di
Australia dengan benda-benda sejarah yang ditemukan di Pulau Jawa. Penemuan ini
menggambarkan bahwa nenek moyang bangsa kita telah melakukan hubungan dengan
bangsa lain, yang tentunya menggunakan kapal-kapal layar.
Kerajaan Sriwijaya bahkan
memiliki armada laut yang besar dan kuat. Armada laut Sriwijaya mampu menguasai
jaur perdagangan laut dan memungut cukai atas penggunaan laut. Pengaruh
Sriwijaya meliputi Asia Tenggara. Hal ini dibuktikan dengan catatan sejarah
bahwa terdapat hubungan erat dengan Kerajaan Campa yang terletak di antara
Kamboja dan Laos.
Kerajaan Mataram Kuno di Jawa
Tengah mampu membangun Candi Borobudur. Pada Candi tersebut terdapat relief
berupa gambar perahu layar dengan tiang-tiang layar yang kukuh dan menggunakan
layar segi empat yang lebar.
Kerajaan Singosari di bawah
kepemimpinan Raja Kertanegara pun juga memiliki armada kapal dagang yang mampu
mengadakan hubunganhubungan dagang lintas laut. Bahkan, perkembangan Kerajaan
Singosari dianggap sebagai ancaman bagi Kerajaan Tiongkok dengan rajanya Khu
Bilai Khan. Raja Khu Bilai Khan mengirimkan armada perangnya dan mendarat di
Pulau Jawa.
Pada masa itulah, Raden Wijaya
mendirikan Kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit kemudian berkembang menjadi
kerajaan maritime yang besar. Kerajaan Majapahit memiliki pengaruh dan
kekuasaan yang luas meliputi wilayah Nusantara. Dengan kekuatan armada lautnya
dan didukung oleh kemampuan perang Patih Gajah Mada, wilayah Kerajaan Majapahit
kian luas.
Dengan bukti-bukti sejarah
inilah tidak bisa dielakkan bahwa kejayaan bahari bangsa Indonesia telah ada
sejak zaman dahulu. Namun dalam perjalanannya, kejayaan bahari ini mulai
mengalami keredupan seiring terjadinya penjajahan Belanda dengan praktik
kebaharian kolonialnya.
Pada masa kolonial Belanda,
masyarakat Indonesia dibatasi berhubungan dengan laut, misalnya larangan
berdagang selain dengan pihak Belanda, padahal sebelumnya telah muncul beberapa
kerajaan bahari Nusantara. Hal ini mengakibatkan budaya bahari Indonesia
memasuki masa suramnya.
Pada masa kolonial Belanda
juga terjadi pengikisan semangat bahari Bangsa Indonesia, dikarenakan
pemerintahan kolonial lebih mementingkan bidang agraris untuk kepentingan
mereka dibandingkan dengan bidang kemaritiman. Pemerintahan kolonial menggenjot bidang agraris
dengan tujuan untuk memenuhi kepentingan dagang rempah-rempah mereka dengan
negara-negara di Eropa.