Penyebaran agama Islam tidak lepas dari pemimpin-pemimpin kerajaan pada masa lalu. Karena kearifan tokoh-tokoh tersebut, budaya Islam dapat tersebar di seluruh Indonesia. Beberapa tokoh penting dalam penyebaran agama Islam sebagai berikut.
Tokoh Kerajaan Islam di Indonesia
1. Raden Patah
Raden Patah adalah raja pertama dari kerajaan Demak. Ia adalah murid Sunan Ampel di Jawa Timur. Raden Patah berhasil menanamkan pengaruhnya di Majapahit. Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah Nusantara bagian Timur. Pada masa pemerintahan Raden Patah, didirikanlah Mesjid Agung Demak. Mesjid tersebut masih berdiri kokoh sampai sekarang.
Dalam usaha-usaha penyebaran agama Islam ini, Raden Patah dibantu oleh para wali yang terkenal dengan sebutan Walisanga (wali sembilan). Yang termasuk Walisanga, yaitu Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel (Raden Rahmat), Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim), Sunan Drajat (Syarifudin), Sunan Giri (Raden Paku), Sunan Kudus (Ja’far Sodiq), Sunan Muria (Raden Prawoto, Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah/Fatahillah), dan Sunan Kalijaga (Raden Syahid).
Selain berperan di bidang keagamaan, para wali juga memegang peranan yang penting dalam pemerintahan. Para wali kebanyakan bertugas sebagai penasihat atau pembantu Sultan.
Raden Patah wafat pada 1518. Kemudian ia digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus. Ia bergelar pangeran Sabrang Lor. Artinya pangeran yang pernah menyebrang ke utara. Gelar ini diperoleh karena ia pernah memimpin pasukan Demak dan Samudra Pasai ketika mengusir Portugis di Selat Malaka. Sepeninggal Pati Unus, terjadi perebutan kekuasaan di Demak antara kedua adiknya.
Yakni Pangeran Sekar Seda Lepen dengan Pangeran Trenggono. Ini terjadi karena Pati Unus tidak mempunyai keturunan. Persaingan ini dimenangkan Trenggono.
2. Sultan Trenggono
Sultan Trenggono naik tahta dan dilantik oleh Sunan Gunung Jati. Pada masa pemerintahannya, Demak mencapai puncak kejayaan. Wilayahnya hampir mencapai seluruh pulau Jawa dan Kalimantan Selatan. Dengan demikian, agama Islam pun tersebar luas di daerah kekuasaannya. Guna memperluas pengaruhnya ke Jawa Barat, dikirimkanlah Fatahilah sebagai panglima perang. Misi ini berhasil sehingga Fatahilah diangkat sebagai Menantu Sultan Demak.
Pada 1546, Sultan Trenggono gugur dalam pertempuran di Blambangan, Jawa Timur. Terjadilah perebutan kekuasaan antara Pangeran Prawoto (putra Sultan Trenggono) dan Aryo Penangsang (putra Sekar Seda Lepen) dari Jipang (sekarang Bojonegoro). Dalam perseteruan ini, Pangeran Prawoto dibantu oleh Joko Tingkir. Pada 1568, Kesultanan Demak berakhir. Kemudian muncullah Kesultanan Pajang yang dipimpin Joko Tingkir. Ia bergelar Sultan Hadiwijaya.
3. Sultan Agung
Sultan Agung (Raden Mas Rangsang) adalah putra mas Jolang. Sultan Agung adalah Raja Mataram kedua yang memerintah tahun 1613 –1645. Mataram mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Agung. Wilayahnya bertambah luas meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat.
Sultan Agung dikenal sebagai raja dan pemimpin agama. Kehidupan beragama mendapat perhatian dan berkembang pesat. Sultan Agung juga dikenal sebagai pahlawan nasional karena perannya mengusir penjajah Belanda.
Kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahan Sultan Agung meliputi berbagai bidang. Kemajuan di bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya. Pengaruh Mataram mulai memudar setelah Sultan Agung meninggal pada 1645 M.
4. Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin adalah Raja Gowa-Tallo (1653 – 1669). Pada masa pemerintahannya Kerajaan Gowa-Tallo mencapai puncak kejayaan. Perdagangan dan pelayaran semakin maju sehingga kesejahteraan rakyat meningkat. Sultan Hasanuddin berjuang mengusir Belanda yang datang ke daerahnya. Ia sangat gigih dalam menentang penjajah Belanda. Karena sikapnya yang tegas, orang-orang Belanda menjulukinya Ayam Jantan dari Timur. Akibat tekanan yang berat, akhirnya Gowa- Tallo dapat ditaklukkan Belanda. Sultan Hasanudin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 1667. Gowa-Tallo menyerah kepada Belanda pada 1669.
5. Fatahillah
Pada 1527 Demak menyerang Sunda Kelapa (Batavia) di bawah pimpinan Fatahillah. Sunda Kelapa berhasil dikuasai. Kemudian pada 22 Juni 1527 Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Artinya kota kemenangan. Dalam waktu singkat, seluruh pantai utara Jawa Barat dapat dikuasai Fatahillah. Kemudian ia menjadi wali (ulama besar) dengan gelar Sunan Gunungjati. Ia berkedudukan di Cirebon.
6. Sultan Baabullah
Sultan Baabullah berasal dari Kerajaan Ternate. Sultan Baabullah bersama rakyat Ternate mengadakan perlawanan terhadap Portugis. Dalam perlawanan ini ia mendapat dukungan dari Tidore. Rakyat Ternate berhasil mengepung benteng Portugis selama 5 tahun. Hal ini menyebabkan pasukan Portugis kekurangan bahan makanan dan menyerah.
Wilayah Kerajaan Ternate sampai Filipina bagian selatan. Bersamaan ini pula penyebaran Islam sampai Filipina. Oleh karena itu, penduduk Filipina bagian selatan banyak yang memeluk Islam.